MINI KOMPOSTER
TUGAS ETIKA DAN NILAI LINGKUNGAN
MINI
KOMPOSTER
OLEH :
DINIA YUNITA
13.13101.10.23
Email : diniayunita78@gmail.com
Dosen :Prof.Supli Effendi Rahim,PhD,MSc
PROGRAM PASCA SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
(STIK)
BINA HUSADA PALEMBANG
TAHUN 2014
A. Kompos
Kompos merupakan bahan organik,
seperti daun-daunan, jerami, alang-alang, rumput-rumputan, dedak padi, batang
jagung, sulur, carang-carang serta kotoran hewan yang telah mengalami proses
dekomposisi oleh mikroorganisme pengurai, sehingga dapat dimanfaatkan untuk
memperbaiki sifat-sifat tanah. Kompos mengandung hara-hara mineral yang
esensial bagi tanaman.
Sisa tanaman, hewan, atau kotoran
hewan, juga sisa jutaan makhluk kecil yang berupa bakteri jamur, ganggang,
hewan satu sel, maupun banyak sel merupakan sumber bahan organik yang sangat
potensial bagi tanah, karena perannya yang sangat penting terhadap perbaikan
sifat fisik, kimia dan biologi tanah, namun bila sisa hasil tanaman tidak
dikelola dengan baik maka akan berdampak negatif terhadap lingkungan, seperti
mengakibatkan rendahnya keberhasilan pertumbuhan benih karena imobilisasi hara,
allelopati, atau sebagai tempat berkembangbiaknya patogen tanaman. Bahan-bahan
ini menjadi lapuk dan busuk bila berada dalam keadaan basah dan lembap, seperti
halnya daun-daun menjadi lapuk bila jatuh ke tanah dan menyatu dengan tanah.
Selama proses perubahan dan peruraian bahan organik, unsur hara akan bebas
menjadi bentuk yang larut dan dapat diserap tanaman. Sebelum mengalami proses
perubahan, sisa hewan dan tumbuhan ini tidak berguna bagi tanaman, karena unsur
hara masih dalam bentuk terikat yang tidak dapat diserap oleh tanaman.
Di lingkungan alam terbuka, proses
pengomposan bisa terjadi dengan sendirinya. Lewat proses alami, rumput,
daun-daunan dan kotoran hewan serta sampah lainnya lama kelamaan membusuk
karena adanya kerja sama antara mikroorganisme dengan cuaca. Proses tersebut
bisa dipercepat oleh perlakuan manusia, yaitu dengan menambahkan mikroorganisme
pengurai sehingga dalam waktu singkat akan diperoleh kompos yang berkualitas
baik.
B. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati2
Pupuk organik adalah nama kolektif untuk semua jenis
bahan organik asal tanaman dan hewan yang dapat dirombak menjadi hara tersedia
bagi tanaman. Dalam Permentan No.2/Pert/Hk.060/2/2006, tentang pupuk organik
dan pembenah tanah, dikemukakan bahwa pupuk organik adalah pupuk yang sebagian
besar atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari tanaman dan
atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair
yang digunakan mensuplai bahan organik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia,
dan biologi tanah. Definisi tersebut menunjukkan bahwa pupuk organik lebih
ditujukan kepada kandungan C-organik atau bahan organik daripada kadar haranya;
nilai C-organik itulah yang menjadi pembeda dengan pupuk anorganik. Bila
C-organik rendah dan tidak masuk dalam ketentuan pupuk organik maka
diklasifikasikan sebagai pembenah tanah organik. Pembenah tanah atau soil
ameliorant menurut SK Mentan adalah bahan-bahan sintesis atau alami,
organik atau mineral.
Sumber bahan organik dapat berupa kompos, pupuk hijau,
pupuk kandang, sisa panen (jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, dan
sabut kelapa), limbah ternak, limbah industri yang menggunakan bahan pertanian,
dan limbah kota. Kompos merupakan produk pembusukan dari limbah tanaman dan hewan
hasil perombakan oleh fungi, aktinomiset, dan cacing tanah. Pupuk hijau
merupakan keseluruhan tanaman hijau maupun hanya bagian dari tanaman seperti
sisa batang dan tunggul akar setelah bagian atas tanaman yang hijau digunakan
sebagai pakan ternak. Sebagai contoh pupuk hijau ini adalah sisa–sisa tanaman,
kacang-kacangan, dan tanaman paku air Azolla. Pupuk kandang merupakan
kotoran ternak. Limbah ternak merupakan limbah dari rumah potong berupa
tulang-tulang, darah, dan sebagainya. Limbah industri yang menggunakan bahan
pertanian merupakan limbah berasal dari limbah pabrik gula, limbah pengolahan
kelapa sawit, penggilingan padi, limbah bumbu masak, dan sebagainya. Limbah
kota yang dapat menjadi kompos berupa sampah kota yang berasal dari tanaman,
setelah dipisah dari bahan-bahan yang tidak dapat dirombak misalnya plastik,
kertas, botol, dan kertas.
Istilah pupuk hayati digunakan sebagai nama kolektif
untuk semua kelompok fungsional mikroba tanah yang dapat berfungsi sebagai
penyedia hara dalam tanah, sehingga dapat tersedia bagi tanaman. Pemakaian
istilah ini relatif baru dibandingkan dengan saat penggunaan salah satu jenis
pupuk hayati komersial pertama di dunia yaitu inokulan Rhizobium yang
sudah lebih dari 100 tahun yang lalu. Pupuk hayati dalam buku ini dapat
didefinisikan sebagai inokulan berbahan aktif organisme hidup yang berfungsi
untuk menambat hara tertentu atau memfasilitasi tersedianya hara dalam tanah
bagi tanaman. Memfasilitasi tersedianya hara ini dapat berlangsung melalui
peningkatan akses tanaman terhadap hara misalnya oleh cendawan mikoriza
arbuskuler, pelarutan oleh mikroba pelarut fosfat, maupun perombakan oleh
fungi, aktinomiset atau cacing tanah. Penyediaan hara ini berlangsung melalui
hubungan simbiotis atau nonsimbiotis. Secara simbiosis berlangsung dengan
kelompok tanaman tertentu atau dengan kebanyakan tanaman, sedangkan nonsimbiotis
berlangsung melalui penyerapan hara hasil pelarutan oleh kelompok mikroba
pelarut fosfat, dan hasil perombakan bahan organik oleh kelompok organisme
perombak. Kelompok mikroba simbiotis ini terutama meliputi bakteri bintil akar
dan cendawan mikoriza. Penambatan N2 secara simbiotis dengan tanaman
kehutanan yang bukan legum oleh aktinomisetes genus Frankia di luar
cakupan buku ini. Kelompok cendawan mikoriza yang tergolong ektomikoriza juga
di luar cakupan baku ini, karena kelompok ini hanya bersimbiosis dengan
berbagai tanaman kehutanan. Kelompok endomikoriza yang akan dicakup dalam buku
ini juga hanya cendawan mikoriza vesikuler-abuskuler, yang banyak
mengkolonisasi tanaman-tanaman pertanian.
C. Cara membuat
pupuk organik cair3
Secara singkat bisa dikatakan pupuk organik cair
adalah pupuk berfasa cair yang dibuat dari bahan-bahan organik melalui proses
pengomposan.
Pupuk organik
tidak hanya mempunyai fungsi sebagai penyedia hara, melainkan juga berfungsi
memperbaiki lingkungan sekitar tanaman, baik secara fisik, kimia, maupun
biologi. Oleh karena itu pupuk organik bukan sekedar dibuat dari bahan-bahan
organik, tetapi juga harus berkerja secara organis juga pada tanaman. Agar bisa
dibedakan dengan pupuk organik cair yang banyak beredar dipasaran. Dimana pupuk
tersebut dibuat dari bahan organik tetapi pembuatannya tidak melibatkan proses
dekomposisi biologi, tetapi lebih menggunakan proses fisik, seperti pemanasan,
ekstraksi, penguapan dan lain-lain.
Terdapat dua macam tipe pupuk organik cair yang dibuat
melalui proses pengomposan. Pertama adalah pupuk organik cair yang dibuat
dengan cara melarutkan pupuk organik yang telah jadi atau setengah jadi ke
dalam air. Jenis pupuk yang dilarutkan bisa berupa pupuk hijau, pupuk kandang,
pupuk kompos atau campuran semuanya. Pupuk organik cair semacam ini
karakteristiknya tidak jauh beda dengan pupuk organik padat, hanya saja
wujudnya berupa cairan. Dalam bahasa lebih mudah, kira-kira seperti teh yang
dicelupkan ke dalam air lalu airnya dijadikan pupuk.
Pupuk cair tipe ini suspensi larutannya kurang stabil
dan mudah mengendap. Kita tidak bisa menyimpan pupuk tipe ini dalam jangka
waktu lama. Setelah jadi biasanya harus langsung digunakan. Pengaplikasiannya
dilakukan dengan cara menyiramkan pupuk pada permukaan tanah disekitar tanaman,
tidak disemprotkan ke daun.
Kedua adalah pupuk organik cair yang dibuat dari
bahan-bahan organik yang difermentasikan dalam kondisi anaerob dengan bantuan
organisme hidup. Bahan bakunya dari material organik yang belum terkomposkan.
Unsur hara yang terkandung dalam larutan pupuk cair tipe ini benar-benar
berbentuk cair. Jadi larutannya lebih stabil. Bila dibiarkan tidak mengendap.
Oleh karena itu, sifat dan karakteristiknya pun berbeda dengan pupuk cair yang
dibuat dari pupuk padat yang dilarutkan ke dalam air. Tulisan ini bermaksud
untuk membahas pupuk organik cair tipe yang kedua.
C.1. Sifat dan
karakteristik pupuk organik cair
Pupuk organik cair tidak bisa dijadikan pupuk utama
dalam bercocok tanam. Sebaiknya gunakan pupuk organik padat sebagai pupuk
utama/dasar. Pupuk organik padat akan tersimpan lebih lama dalam media tanam
dan bisa menyediakan hara untuk jangka yang panjang. Sedangkan, nutrisi yang
ada pada pupuk cair lebih rentan terbawa erosi. Namun di sisi lain, lebih mudah
dicerna oleh tanaman.
Jenis pupuk cair lebih efektif dan efesien jika
diaplikasikan pada daun, bunga dan batang dibanding pada media tanam (kecuali
pada metode hidroponik). Pupuk organik cair bisa berfungsi sebagai perangsang
tumbuh. Terutama saat tanaman mulai bertunas atau saat perubahan dari fase
vegetatif ke generatif untuk merangsang pertumbuhan buah dan biji. Daun dan
batang bisa menyerap secara langsung pupuk yang diberikan melalui stomata atau
pori-pori yang ada pada permukaannya.
Pemberian pupuk organik cair lewat daun harus
hati-hati. Jaga jangan sampai overdosis, karena bisa mematikan tanaman.
Pemberian pupuk daun yang berlebih juga akan mengundang hama dan penyakit pada
tanaman. Jadi, ketepatan takaran harus benar-benar diperhatikan untuk
mendapatkan hasil maksimal.
Setiap tanaman mempunyai kapasitas dalam menyerap
nutrisi sebagai makanannya. Secara teoritik, tanaman hanya sanggup menyerap
unsur hara yang tersedia dalam tanah tidak lebih dari 2% per hari. Pada daun,
meskipun kami belum menemukan angka persisnya, bisa diperkirakan jumlahnya
tidak lebih dari 2%. Oleh karena itu pemberian pupuk organik cair pada daun
harus diencerkan terlebih dahulu.
Karena sifatnya sebagai pupuk tambahan, pupuk organik
cair sebaiknya kaya akan unsur hara mikro. Sementara unsur hara makro dipenuhi
oleh pupuk utama lewat tanah, pupuk organik cair harus memberikan unsur hara
mikro yang lebih. Untuk mendapatkan kandungan hara mikro, bisa dipilah dari
bahan baku pupuk.
C.2. Cara membuat
pupuk organik cair
- Siapkan bahan-bahan berikut: 1 karung kotoran ayam, setengah karung dedak, 30 kg hijauan (jerami, gedebong pisang, daun leguminosa), 100 gram gula merah, 50 ml bioaktivator (EM4), air bersih secukupnya.
- Siapkan tong plastik kedap udara ukuran 100 liter sebagai media pembuatan pupuk, satu meter selang aerotor transparan (diameter kira-kira 0,5 cm), botol plastik bekas akua ukuran 1 liter. Lubangi tutup tong seukuran selang aerotor.
- Potong atau rajang bahan-bahan organik yang akan dijadikan bahan baku. Masukkan kedalam tong dan tambahkan air, komposisinya: 2 bagian bahan organik, 1 bagian air. Kemudian aduk-aduk hingga merata.
- Larutkan bioaktivator seperti EM4 dan gula merah 5 liter air aduk hingga merata. Kemudian tambahkan larutan tersebut ke dalam tong yang berisi bahan baku pupuk.
- Tutup tong dengan rapat, lalu masukan selang lewat tutup tong yang telah diberi lubang. Rekatkan tempat selang masuk sehingga tidak ada celah udara. Biarkan ujung selang yang lain masuk kedalam botol yang telah diberi air.
- Pastikan benar-benar rapat, karena reaksinya akan berlangsung secara anaerob. Fungsi selang adalah untuk menyetabilkan suhu adonan dengan membuang gas yang dihasilkan tanpa harus ada udara dari luar masuk ke dalam tong.
- Tunggu hingga 7-10 hari. Untuk mengecek tingkat kematangan, buka penutup tong cium bau adonan. Apabila wanginya seperti wangi tape, adonan sudah matang.
- Pisahkan antara cairan dengan ampasnya dengan cara menyaringnya. Gunakan saringan kain. Ampas adonan bisa digunakan sebagai pupuk organik padat.
- Masukkan cairan yang telah melewati penyaringan pada botol plastik atau kaca, tutup rapat. Pupuk organik cair telah jadi dan siap digunakan. Apabila dikemas baik, pupuk bisa digunakan sampai 6 bulan.
C.3. Penggunaan
pupuk organik cair
Pupuk organik cair diaplikasikan pada daun, bunga atau
batang. Caranya dengan mengencerkan pupuk dengan air bersih terlebih dahulu
kemudian disemprotkan pada tanaman. Kepekatan pupuk organik cair yang akan
disemprotkan tidak boleh lebih dari 2%. Pada kebanyakan produk, pengenceran
dilakukan hingga seratus kalinya. Artinya, setiap 1 liter pupuk diencerkan
dengan 100 liter air.
Untuk merangsang pertumbuhan daun, pupuk organik cair
bisa disemprotkan pada tanaman yang baru bertunas. Sedangkan untuk menghasilkan
buah, biji atau umbi, pupuk disemprotkan saat perubahan fase tanaman dari
vegetatif ke generatif. Bisa disemprotkan langsung pada bunga ataupun pada
batang dan daun. Setiap penyemprotan hendaknya dilakukan dengan interval waktu
satu minggu jika musim kering atau 3 hari sekali pada musim hujan. Namun dosis
ini harus disesuaikan lagi dengan jenis tanaman yang akan disemprot.
Pada kasus pemupukan untuk pertumbuhan daun, gunakan
pupuk organik cair yang banyak mengandung nitrogen. Caranya adalah dengan
membuat pupuk dari bahan baku kaya nitrogen seperti kotoran ayam, hijauan dan
jerami. Sedangkan pada kasus pemupukan untuk pertumbuhan buah, gunakan bahan
baku pupuk yang kaya kalium dan fosfor, seperti kotoran kambing, kotoran sapi,
sekam padi dan dedak. Kandungan setiap jenis material organik bisa dilihat di
tabel berikut.
Secara sederhana bisa dikatakan, untuk membuat pupuk
perangsang daun gunakan sumber bahan organik dari jenis daun-daunan. Sedangkan
untuk membuat pupuk perangsang buah gunakan bahan organik dari sisa limbah buah
seperti sekam padi atau kulit buah-buahan.
D. Daftar Pustaka
3. http://www.alamtani.com/pupuk-organik-cair.html
E. Membuat Mini Komposter Sederhana
E.1. Bahan
dan Alat
- Ember
- Obeng
- Kran air
- Baut
- Saringan
- Formula EM4
E.2. Cara
Membuat
- Persiapkan ember
- Buat lubang di seperempat bagian bawah
ember untuk meletakkan kran air.
- Buat dua lubang di bagian kanan dan kiri ember untuk menyangga saringan sayuran
- Masukkan sampah yang dapat terurai misalnya
sisa sayuran, sisa nasi, daun-daunan dsb.
- Sirami dengan formula EM4 yang sudah
diencerkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar