JEJAK EKOLOGI
TUGAS ETIKA DAN NILAI LINGKUNGAN
EKOLOGIKAL FOOTPRINT
MENGHITUNG JEJAK EKOLOGIS
OLEH :
DINIA YUNITA
13.13101.10.23
Email : diniayunita@gmail.com
Dosen :Prof.Supli Effendi Rahim,PhD,MSc
PROGRAM PASCA SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
(STIK)
BINA HUSADA PALEMBANG
TAHUN 2014
A. Pengertian
dan Definisi Jejak Ekologis
Wackernagel dan Rees
(1992) mendefinisikan Jejak Ekologis atau Appropriated Carrying Capacity suatu
wilayah sebagai luas lahan dan air dalam berbagai katagori yang diperlukan
secara eksklusif oleh penduduk di dalam wilayah tersebut, untuk :
a) menyediakan secara
kontinyu seluruh sumberdaya yang dikonsumsi saat ini, dan
b) menyediakan
kemampuan secara kontinyu dalam menyerap seluruh limbah yang dihasilkan. Lahan
tersebut saat ini berada di muka bumi, walaupun sebagian dapat dipinjam dari
masa lalu (misalnya : energi fosil) dan sebagian lagi dialokasikan pada masa
yang akan datang (yakni dalam bentuk kontaminasi, pohon yang pertumbuhannya
terganggu karena peningkatan radiasi ultra violet, dan degradasi lahan, Wackernagel
dan Rees, 1992).
Sejalan dengan pendapat
tersebut, Galli, et al; (2012) menyatakan bahwa jejak ekologis dan biokapasitas
adalah nilai-nilai yang dinyatakan dalam satuan yang saling terpisah dari suatu
daerah yang diperlukan untuk menyediakan (atau regenerasi) layanan ekosistem
setiap tahun seperti: lahan pertanian untuk penyediaan makanan nabati dan
produk serat; tanah penggembalaan dan lahan pertanian untuk produk hewan; lahan
perikanan (laut dan darat) ; hutan untuk kayu dan hasil hutan lainnya; tanah
serapan untuk mengakomodasi penyerapan karbon dioksida antropogenik (jejak
karbon), dan wilayah terbangun (built-up area) untuk tempat tinggal dan
infrastruktur lainnya.
Sesuai definisi
tersebut, Wada (1993) merumuskan jejak ekologis/appropriated carrying
capacity dari kegiatan pertanian (hidroponik di rumah kaca dibandingkan
dengan mekanisasi pertanian konvensional) sebagai berikut: “Luas lahan
pertanian dan ekivalen lahan dari input pertanian lainnya (seperti energi dan
material) yang dibutuhkan untuk memproduksi unit tanaman tertentu per tahun,
menggunakan teknologi pertanian tertentu.”
Kyushik, et al. (2004)
memberikan konsep daya dukung kota di dalam penelitiannya yang didefinisikan
sebagai level maksimum dari kegiatan manusia seperti pertumbuhan penduduk,
penggunaan lahan, serta pembangunan fisik lainnya, yang dapat didukung oleh lingkungan
perkotaan tanpa menyebabkan kerusakan yang serius dan kerusakan yang tak terpulihkan
pada lingkungan alam. Konsep ini didasarkan pada asumsi bahwa terdapat ‘ambang
batas tertentu’ pada lingkungan yang apabila dilampaui, akan dapat mengakibatkan
kerusakan lingkungan yang serius dan tak terpulihkan pada lingkungan alam
(Kozlowski, 1997). Ketika pembahasan difokuskan pada dampak terhadap destinasi pariwisata,
biasanya didasarkan pada suatu bentuk konsep daya dukung wisatawan. Daya dukung
turisme seringkali didefinisikan sebagai berikut: “Jumlah turis yang berpotensi
merusak sebuah tempat yang dapat diasimilasi tanpa kerusakan jangka panjang dan
dapat diukur dengan jumlah turis yang menggunakan tempat tersebut untuk
menentukan apakah daya dukung sosial telah terlampaui dan lokasi dimaksud telah
digunakan melampaui kapasitasnya (over utilized)” (Patterson, 2005).
Analisis Jejak Ekologis berawal dari analisis daya dukung penduduk yang
ditentukan di dalam suatu wilayah tertentu. Analisis Jejak Ekologis telah
digunakan untuk mendefinisikan daya dukung ekologis untuk destinasi turis di
New Zealand.
Zhao, et al; (2005)
mengatakan bahwa jejak ekologis memiliki akar yang kuat di dalam konsep daya
dukung lingkungan. Sebagaimana telah didefinisikan oleh ahli-ahli biologi, daya
dukung adalah sejumlah individu dari species tertentu yang dapat didukung dalam
suatu habitat tertentu tanpa merusak ekosistem secara permanen (Odum, 1989;
Rees,1992). Apabila populasi dari species tersebut telah melebihi daya dukung
habitatnya, maka yang terjadi adalah sumberdaya yang dibutuhkan oleh spesies
tersebut bagi kelangsungan hidupnya akan mengalami deplesi, atau limbah yang
diproduksi species tersebut menumpuk dan meracuni anggota species, atau akan
terjadi keduanya, dan populasi pun akan punah. Daya dukung ekologis adalah
beban maksimum yang dapat didukung secara terus menerus oleh lingkungan
(Catton, 1986). Daya dukung tidak akan berkelanjutan kecuali bila didasarkan
pada penggunaan sumberdaya dalam cara yang bisa terbarukan (renewable way).
B.
Analisis Jejak Ekologis sebagai Instrumen untuk Menghitung Daya dukung
Lingkungan
Menurut Wackernagel dan
Rees (1996), Jejak Ekologis adalah “A tool for Planning Toward
Sustainability”. Jejak ekologis adalah instrumen untuk menghitung (accounting
tool), yang memungkinkan bagi kita untuk mengestimasikan kebutuhan manusia
terhadap konsumsi sumberdaya dan asimilasi limbah pada sejumlah populasi
manusia atau ekonomi, berkenaan dengan lahan produktif yang sesuai (Wackernagel
& Rees, 1996). Jadi Jejak Ekologis merupakan ukuran “beban/muatan” dari
sejumlah populasi tertentu terhadap lingkungan alam. Hal ini mencerminkan luas
lahan yang diperlukan untuk mendukung tingkat konsumsi sumberdaya serta
pembuangan limbah yang dilakukan oleh populasi tersebut. Jejak Ekologis dan
Biocapacity adalah nilai-nilai yang dinyatakan dalam satuan saling terpisah
dari suatu daerah yang diperlukan untuk menyediakan layanan ekosistem setiap
tahun seperti lahan pertanian untuk penyediaan bahan makanan nabati dan produk
serat; tanah penggembalaan dan lahan pertanian untuk produk hewan; area perikanan
(laut dan darat) untuk produk ikan; hutan untuk kayu dan hasil hutan lainnya; lahan
untuk mengakomodasi penyerapan karbon dioksida antropogenik (jejak karbon), dan
wilayah terbangun (built-up area) untuk tempat tinggal dan infrastruktur
lainnya (Galli et al; 2012)
Sebagai hasil dari
teknologi maju dan perdagangan dunia, lokasi ekologi bagi populasi manusia
tidak lagi berkaitan dengan lokasi geografisnya. Pada kondisi saat ini, kota
dan wilayah tergantung pada produktivitas ekologis dan fungsi penunjang
kehidupan dari tempat yang jauh di seluruh dunia. Namun demikian, bagi seluruh
aliran material dan energi, harus ada ekosistem dan wadah penerima limbah (sinks)
yang berkaitan, dan harus tersedia sumber air dan lahan produktif yang
menyokong aliran material dan energi tersebut.
Konsep jejak ekologis
merupakan estimasi berdasarkan sumber daya alam pada wilayah tertentu serta
aliran pelayanan yang dibutuhkan guna menyangga pola konsumsi suatu populasi,
jumlah sumber daya yang digunakan beserta limbah yang dihasilkannya. Konsep ini
merupakan alat untuk menghitung seberapa besar penggunaan sumber daya alam oleh
manusia, agar supaya dapat dihemat/dikurangi. Menurut Kajian Jejak Ekologis di Indonesia
(2010),
Perhitungan jejak
ekologis didasarkan pada asumsi sebagai berikut:
1) Memungkinkan untuk
merunut seluruh sumber daya yang dikonsumsi dan limbah
yang dihasilkan ;
2) Sebagian besar arus
sumber daya dan limbah dapat diukur dari segi wilayah produktif biologisnya
yang diperlukan untuk mempertahankan arus sumberdaya (flow). Sumberdaya
dan arus limbah yang tidak dapat diukur dikecualikan dari penilaian.
3) Dengan membobot
bioproduktivitas setiap daerah secara proporsional, berbagai jenis daerah dapat
dikonversi ke dalam unit umum hektar global (gha) yaitu hektar dengan
rata-rata bioproduktivitas dunia.
4) Luasan bioproduktif
yang berbeda dapat dikonversi menjadi satu ukuran tunggal,yaitu hektar global (gha).
Setiap hektar global pada satu tahun mencerminkan bioproduktif yang sama dan
dapat dijumlahkan untuk memperoleh suatu agregat indikator jejak ekologis atau
biokapasitas.
5) Permintaan manusia
terhadap sumberdaya alam yang dinyatakan sebagai Jejak Ekologis, bisa langsung
dibandingkan dengan pasokan alam dan biokapasitasnya (biocapacity/supply),
ketika keduanya dinyatakan dalam satuan hektar global (gha).
6) Luas wilayah yang
dibutuhkan (human demand) dapat melebihi wilayah pasokannya (nature’s
supply), jika permintaan terhadap suatu ekosistem melebihi kapasitas
regeneratif ekosistem tersebut (misalnya, masyarakat menuntut biokapasitas yang
lebih besar terhadap areal hutan, atau perikanan).
Jejak ekologis
menunjukkan daerah dengan air dan lahan produktif yang diperlukan untuk
memproduksi sumber daya
yang dikonsumsi, dan menjerap limbah yang dihasilkan, pada populasi tertentu,
menggunakan teknologi yang tersedia. Luasan jejak tergantung dari besaran populasi,
standar kehidupan, teknologi yang dipakai, serta produktivitas lingkungan. Untuk
kebanyakan negara industri, jejak ekologis nasional melebihi apa yang
disediakan secara lokal. Artinya mereka mengalami “defisit lingkungan”. Namun,
jejak ekologis tidak akan sama besarnya dan oleh karenanya daya dukung secara
global yang cocok untuk negara industri maju, belum tentu pas bagi negara lain
(Wackernagel, 1999).
Jadi, bagi setiap orang
yang mengkonsumsi 3 kali lipat dari jumlah yang tersedia, maka terdapat 3 orang
lainnya yang hanya menggunakan sepertiga dari rata-rata konsumsi mereka. Terdapat
6 kategori utama dalam menghitung produktivitas lahan, yaitu :
1) lahan subur – lahan
produktif yang digunakan untuk pembudidayaan;
2) padang rumput –
lahan penggembalaan untuk ternak lembu dan susu, yang kurang begitu subur;
3) hutan – perkebunan
atau hutan alami yang menghasilkan kayu;
4) lahan energi fosil –
wilayah hutan yang dilindungi untuk absorpsi CO2;
5) daerah terbangun (built
up area) – penggunaan lahan bagi permukiman, jalan, yang biasanya berlokasi
di lahan subur;
6) laut – menyediakan
produksi laut guna menambah kebutuhan pangan manusia.
Konsep jejak ekologis
telah dikritisi karena metodologi yang dipakai kurang lengkap (Cox, 2000, 2004
dan Pearce 2005). Dasar perhitungan jejak ekologis adalah menggunakan lahan atau
laut yang secara biologis produktif, yang diperlukan untuk menopang kehidupan sejumlah
populasi tertentu. Namun pada kenyataannya, kondisi populasi manusia dan sumber
daya alam tidaklah konstan, dan perhitungan lahan produktif cukup sulit karena harus
membuat penilaian terhadap tingkat produktivitasnya. Selanjutnya, penggunaan teknologi
secara signifikan dapat meningkatkan produktivitas lahan, sebaliknya aktivitas manusia
dan teknologi juga dapat memberikan dampak negatif terhadap produktivitas
lahan.
Kegiatan manusia
tergantung pada biosfer, yang menyediakan terus menerus sejumlah besar sumber
daya untuk mendukung pembangunan ekonomi dan kehidupan sehari-hari serta tempat
untuk menampung bahan limbah yang dihasilkan (Ouyang, 1999).
Konsumsi sumber daya
alam yang berdampak pada ekosistem alam didefinisikan sebagai"jejak
ekologis".
Formula Jejak Ekologis
dapat dilihat pada Gambar
(Rees & Wackernagel, 1996)
Cara Menghitung Seberapa Besar Jejak Ekologiku
Untuk mengukur jejak ekologi kita berdasar standar
yang telah ditentukan, menggunakan kuis. Beberapa faktor yang menjadi komponen
penghitungan adalah bagaimana jejak rantai makanan (food), tempat berteduh
(shelter), perjalanan untuk berkegiatan (mobility), barang (goods), jasa
(service). Dari 5 jejak ini terasa mobilitas, makanan, dan perumahan mendapat
porsi penyelidikan yang besar. Sebaliknya barang dan jasa hanya sekelumit
mendapat penilaian. Dari hasil reka-reka jawaban, ternyata memang sangat sulit
untuk menghasilkan jawaban yang tak lebih dari 1 yang berarti cukup dengan
kondisi alamiah bumi.
A. Transportasi
1. Dengan apa anda bepergian hari ini?
a)
Berjalan…..0
b)
Bersepeda…..5
c) Dengan
Angkutan Umum…. 10
d)
Menumpang.....15
e) Kendaraan
Pribadi …. 3 x 30
(Kalikan setiap skor dengan berapa sering metode tsb dipakai dalam satu hari dankemudian Sub-Total: 90
B. Penggunaan Air
1. Seberapa banyak air yang digunakan?
a) Tidak mandi….0
b) Mandi, 1-2 menit. ….5
c) Mandi, 3-6 menit.…. 2 x 10
d) Mandi, 10 menit ….. 20
e) Mandi dengan air satu bath tub penuh….20
f) Mandi dengan air setengah bath tub….10
g) Mandi dengan air bekas orang lain….10
h) Menggosok gigi dg air kran tetap mengucur….5
i) Mencukur kumis/jenggot dengan air kran tetap
mengucur….5
Sub-Total:
20
C. Berpakaian
1. Saya
menggunakan pakaian lebih dari sekali sebelum di cuci?
a) Sering….0
b) Kadang-kadang….1 x 5
c) Tidak pernah….10
2. Saya menggunakan pakaian bekas (yg
diperbaiki)
a) iya….(-5) b) tidak….0
3. Saya memperbaiki baju saya sendiri?
a) ya….(-5) b) Tidak….0
3. 50% dari baju saya adalah baju turunan?
a) ya….(-5) b) tidak….0
4. Saya membersihkan dan mengeringkan baju?
a) none….0 b) 1-5 lembar….10 c) lebih dari 6 lembar….20
Sub-total:
25
D. Rekreasi
Mengenali
permainan, olahraga, dan aktivitas dimana aku terlibat, pada hari biasa di
waktu senjang.
1. Seberapa
banyak peralatan yg diperlukan ?
a) tidak ada atau sedikit..0 b)
beberapa….1x 10 c) cukup banyak….20
2. Seberapa luas lahan yg dibutuhkan untuk
bermain di lapangan, dataran es, kolam renang, untuk memenuhi kebutuhan
rekreasi anda?
a) tidak ada atau sedikit….0 b) sedang (<1 hektar) 1x 10 c)
cukup besar (>hektar)…20
3. Saya menghabiskan uang hari ini untuk belanja
(pakaian, baju, peralatan olahraga)?
a) Tidak ada….0
b)$5…5 c)$10…10 c)$10+…1 pt. per dollar
Nilaiku 10
Sub-Total:
10
E. Makanan
1. Berapa porsi daging yang dimakan sehari?
a) 0….0
b) 1 porsi….1 x 10 c) 2
porsi….20 d) 3 porsi….30
2. Seberapa banyak makan bersisa di piring?
a) tidak
ada…1x 0 b) sedikit….5 c) cukup banyak….10
3. Saya
mengkonsumsi campuran sisa sayur dan buah?
a) ya….0 b) tidak….1 x 10
4. Makanan yg saya makan adalah makanan lokal?
a) semuanya….0
b)
beberapa...1x 10 c) tidak ada….20
5. Makanan yg saya makan adalah produk organik?
a) semuanya….0
b)
beberapa..1x 10 c) tidak
ada….20
6. Makanan yg dikonsumsi dibunkus
plastik/kertas?
a) Tidak….0
b) beberapa….1x 10 c) Semuanya….20
Sub-Total: 40
F. Sampah
1. Jika saya
membuang seluruh sampah pada hari ini,
seberapa besar penampungan sampahnya?
a) peti kayu….30
b) kotak sepatu….1x 20
c) secangkir….5
d) tidak ada sampah….0
Sub-Total:
5
Add
Sub-Totals of “A-F” = Total 1 : 190
Adapun total
sub nilaiku untuk A-F (Total 1) = 190
TOTAL
KESELURUHAN= (Total 1 ) X 3
( 190
x 3 )= 570
Saya telah menghitung total dari ‘tiga’ tipikal
keseharianku. Sekarang total keseluruhan tersebut menjadi jejak ekologis
pribadiku, menggunakan rumus dibawah:
Total keseluruhan dibagi 100 = jejak ekologis anda
dalam satuan hektar
Jadi
"JEJAK EKOLOGI" ku = 6,96
HEKTAR
Ecological Footprint secara
sederhana dapat ditentukan dengan menelusuri berapa besarnya konsumsi
sumberdaya alam (baik berupa produk ataupun jasa), serta sampah yang kita
produksi dan disetarakan dengan area permukaan bumi yang produktif secara
biologis dalam satuan luasan hektar (ha).
Penggunan transportasi yang
menghasilkan emisi karbon dimana dihasilkan jika kita menggunakan kendaraan
umum dengan kendaraan pribadi. Jumlah
emisi yang dihasilkan perjalanan menggunakan kendaraan umum adalah 0,19 gram
CO2 per km dibandingkan dengan kendaraan pribadi sebesar 1,4 gram CO2.
Menggunakan busway, kereta, bersepada, atau menggunakan transportasi umum akan
jauh memperkecil jejak karbon Anda.
Tentu saja jika Anda menggunakan sepeda atau berjalan kaki menuju ke tempat aktivitas Anda, jejak karbon
Anda adalah nol.
Dalam hal ini bahwa kegitan dan
konsumsi dalam kehidupan kita sehari-hari melampaui dengan lingkungan. Misalkan
dengan dengan perawatan diulang di semua disiplin rohani. Aku digunakan untuk
mempertimbangkan setiap bencana alam yang akan kodrat balas dendam! Saya tidak
berpikir alam pendendam meskipun, hanya manusia! Saya menyadari bahwa saya
perlu membuat perubahan kecil dalam cara saya menggunakan / makan /
mengkonsumsi cara saya menjalani hidup.
Gaya hidup yang tidak berwawasan
lingkungan seperti membuang sampah tidak pada tempatnya menjadi penyebab utama
berlebihannya jejak kaki ekologis seseorang tidak ada salahnya kita mulai
menghitung dan lebih bijak dalam bergaya hidup. Jika manusia tidak juga mengubah
gaya hidupnya menjadi lebih ramah lingkungan, akan dibutuhkan lebih dari satu
planet bumi untuk memenuhi kebutuhan manusia
Jejak ekologis adalah sistem yang
mengukur seberapa banyak ruang (di darat dan air) yang diperlukan manusia untuk
menghasilkan sumber daya yang mereka butuhkan dan menyerap limbah yang mereka
hasilkan. Kalkulasi jejak ekologis dilakukan dengan menghitung berapa hektar
ruang hidup (darat dan air) di bumi yang dibutuhkan oleh seorang manusia untuk
memenuhi segala kebutuhan hidupnya dalam setahun.
Jejak Ekologis adalah suatu metoda
untuk mengukur dampak manusia terhadap alam dan
mengkomunikasikannya secara kuantitatif dalam bentuk yang mudah
dipahami. Dampak atau beban kita terhadap alam dinyatakan sebagai luas daerah
(tanah dan perairan) yang dibutuhkan untuk menunjang hidup manusia secara
berkelanjutan.
Jejak Ekologi merupakan analisis
nilai kebutuhan manusia di dalam ekosistem .Analisis ini membandingkan
kebutuhan manusia dengan kemampuan biosfer alam dalam mereproduksi sumber daya
. Nilai tersebut merepresentasikan jumlah lahan produktif biologis yang diperlukan untuk mereproduksi
sumber daya yang dikonsumsi manusia dan menyerap limbah melalui teknologi yang
berlaku. Dengan penilaian ini, maka dapat diperkirakan berapa banyak sumber daya
kota yang dibutuhkan untuk mendukung kehidupan manusia. Sebagai gambaran, jejak
ekologis bumi mencapai nilai 1,4 pada tahun 2006. Dengan kata lain, manusia
menggunakan 1,4 kali lebih cepat jasa ekologi yang dapat perbaharui bumi.
Manusia tidak akan dapat
melestarikan pola hidup terutama jika pertumbuhan populasi eksponensial
dianggap. Lanjutan berlebihan sumber daya alam akan mengakibatkan kelaparan
manusia dan penyakit, lahan tandus, miskin kualitas udara, bencana ekonomi
global yang mengarah ke pemberontakan publik, dan akhirnya kematian dari
spesies manusia dan bentuk kehidupan lain dan spesies.
Dalam
jejak ekologi saya, pembahasan ekologi manusia, manusia ditempatkan dalam
konteks prinsip-prinsip ekologi sehingga lebih diutamakan garis-garis besar evolusi
manusia secara umum dengan menentukan keadaan ekologis kita sekarang dan
menduga keadaan ekologis pada waktu yang akan datang. Dalam mempelajari ekologi
manusia, tidak dapat dipisahkan dengan evolusi manusia. Karena evolusi manusia
inilah yang mempengaruhi intraksi manusia dengan lingkungannya. Semakin tinggi
tingkat evolusi manusia, seharusnya semakin tinggi dan semakin baik pula
interaksi dengan lingkungannya, baik biotik maupun abiotik dan demikian pula
sebaliknya.
Sebagai
contoh misalnya yaitu pengaruh sumber-sumber daya terhadap populasi manusia di
suatu wilayah. Populasi manusia cenderung terkonstrasi di daerah-daerah pantai
lautan tertentu dengan pelabuhan yang bagus yang memungkinkan bagi perdagangan
industri dan di lembah-lembah dari beberapa sungai besar. Populasi penduduk
yang hidup di daerah tersebut tentu saja dipengaruhi oleh sumber-sumber daya
yang ada pada daerah tersebut.
Ekologi manusia merupakan studi
terhadap bagaimana manusia berinteraksi dengan alam bukan hanya sebagai makhluk
biologis, tetapi lebih-lebih sebagai makluk berbudaya. Ekologi manusia juga
menyangkut bagaimana interaksi itu mempengaruhi kependudukan dan pola
organisasi dan juga konsekuensinya bagi alam, serta timbal balik dari
konsekuensi itu. Kalau dahulu manusia menjadi aktor terbatas di dalam ekosistem
tertentu, sekarang menjadi sumber pengaruh di hampir semua ekosistem di bumi.
Bahkan boleh dikatakan, planet bumi dengan biosfernya lah yang merupakan
ekosistem bagi manusia sekarang. Daya dukung ekosistem inilah yang akhirnya
menentukan, penyesuaian apa yang harus dilakukan manusia dalam perilaku dan
pola organisasi untuk tetap survive.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar