KESEHATAN LINGKUNGAN DENGAN PENDEKATAN EKOSISTEM
Oleh : DINIA YUNITA
NPM : 13.13101.10.23
DOSEN PEMBIMBING : Prof. SUPLI
EFFENDI RAHIM, Drs,MSc,PhD
A.
KESEHATAN LINGKUNGAN
Kesehatan adalah
anugerah yang diberikan sang pencipta kepada hamba-Nya. Maka hendaklah sebagai
hamba-Nya kita berusaha menjaga dan memelihara kesehatan kita. Karena kesehatan
tidak ternilai harganya. Terkadang pada saat kita sehat, kita lupa akan nikmat
tersebut dan ketika sakit kita baru sadar dan merasakan betapa kesehatan
sungguh sangat berharga.
Kesehatan lingkungan sangat penting
untuk dijaga bersama dan harus ada kesadaran dari tiap masyarakat dari semua
kalangan betapa penting dan berharganya kesehatan lingkungan.Kesehatan
lingkungan merupakan faktor penting dalam kehidupan sosial kemasyarakatan,
bahkan merupakan salah satu unsur penentu atau determinan dalam kesejahteraan
penduduk. Di mana lingkungan yang sehat sangat dibutuhkan bukan hanya untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, tetapi juga untuk kenyamanan hidup
dan meningkatkan efisiensi kerja dan belajar.
Kesehatan lingkungan sangat
berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat. Begitu pula kesehatan lingkungan
banyak dipengaruhi oleh taraf social ekonomi. Untuk mengelola kualitas
kesehatan lingkungan ataupun kesehatan masyarakat menjadi bahasan tersendiri
dalam ekologi manusia.
Kehidupan manusia berpengaruh
terhadap lingkungan, begitu juga sebaliknya lingkungan berpengaruh terhadap
manusia. Kemampuan manusia untuk mengubah atau memodifikasi lingkungannya
tergantung sekali pada taraf social budayanya. Masyarakat memiliki tingkat
kemajuan social ekonomi yang yang berbeda-beda. Kita mengenal masyarakat
tradisional dan masyarakat modern, masyarakat tradisional sangat tergantung
kepada tradisi yang diwariskan dari nenek moyangnya. Sedangkan masyarakat
modern memilikikemajuan dalam bidang social dan ekonomi serta ilmu dan
teknologi. Masyarakat yang masih tradisional hanya mampu membuka hutan
secukupnya untuk memberi perlindungan pada masyarakatnya. Sedangkan masyarakat
yang sudah maju social ekonomi dan budayanya dapat mengubah lingkungan hidup
sampai ke taraf yang tidak bisa dikembalikan lagi kepada kondisi semula (irreversible),
sehingga terjadi perubahan lingkungan yang sangat drastis. Sawah-sawah dirubah
menjadi perumahan dan gedung perkatoran, hutan-hutan dirubah menjadi sebuah
daerah pemukiman dalam waktu yang singkat, gunung-gunung dibelah menjadi jalan.
Manusia memiliki keinginan yang
besar untuk memamfaatkan sumber alam. Modisfikasi lingkungan dengan tujuan
memperbaiki nasib manusia tidak selalu berhasil dengan baik bila tidak
diperhatikan proses-proses yang terjadi di dalam ekosistem yang mengikuti
perubahan-perubahan tersebut. Apabila modifikasi lingkungan dilakukan
sedemikian rupa sehingga alam tidak dapat lagi mempertahankan keseimbangnannya,
maka akan terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan. Misalnya, banjir lumpur
panas di Sidoarjo Jawa timur akibat pengeboran minyak bumi yang menyalahi
ketentuan, atau banjir bandang akibat adanya penebangan hutan yang tidak
terkendali.
Contoh lain, manusia sebagai mahluk
hidup selain mendayagunakan unsur-unsur dari alam, ia juga membuang kembali
segala sesuatu yang tidak dipergunakannya lagi kembali ke alam. Tindakan ini
akan berakibat buruk terhadap manusia apabila jumlah buangan sudah terlampau
banyak sehingga alam tidak lagi dapat membersihkan keseluruhannya (proses self
purification terlampaui). Dengan demikian, terjadi pengotoran lingkungan
dan sumber daya alam yang sangat dibutuhan untuk kehidupan manusia. Sebagai
akibatnya manusia akan mengalami gangguan kesehatan.
1.
Definisi
Ada beberapa definisi dari kesehatan
lingkungan :
1) Menurut WHO (World Health Organization),
kesehatan lingkungan adalah suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara
manusia dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia.
2) Menurut HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan
Lingkungan Indonesia) kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang
mampu menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan
lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan
bahagia.
3) Kesehatan lingkungan adalah ilmu yang
mempelajari interaksi antara lingkungan dengan kesehatan manusia, tumbuhan, dan
hewan dengan tujuan untuk meningkatkan faktor lingkungan yang menguntungkan dan
mengendalikan faktor yang merugikan.
2.
Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan
Menurut World Health Organization
(WHO) ada 17 ruang lingkup kesehatan lingkungan, yaitu :
a. Penyediaan Air
Minum.
b. Pengelolaan air
Buangan dan pengendalian pencemaran.
c. Pembuangan
Sampah Padat.
d. Pengendalian Vektor.
e.
Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia.
f. Higiene
makanan, termasuk higiene susu.
g. Pengendalian
pencemaran udara.
h. Pengendalian radiasi.
i. Kesehatan
kerja.
j.
Pengendalian kebisingan.
k. Perumahan dan
pemukiman.
l. Aspek
kesling dan transportasi udara.
m. Perencanaan daerah dan perkotaan.
n. Pencegahan
kecelakaan.
o. Rekreasi umum dan
pariwisata.
p. Tindakan-tindakan
sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemi/wabah, bencana alam dan
perpindahan penduduk.
q.
Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan.
Di Indonesia, ruang lingkup kesehatan lingkungan diterangkan dalam Pasal 22
ayat (3) UU No 23 tahun 1992 ruang lingkup kesehatan lingkungan ada 8, yaitu :
1) Penyehatan Air dan Udara.
2) Pengamanan Limbah padat/sampah.
3) Pengamanan Limbah cair.
4) Pengamanan limbah gas.
5) Pengamanan radiasi.
6) Pengamanan kebisingan.
7) Pengamanan vektor penyakit.
8) Penyehatan dan pengamanan lainnya, sepeti
keadaan pasca bencana.
3.
Sasaran Kesehatan Lingkungan
Menurut Pasal 22 ayat (2) UU
23/1992, Sasaran dari pelaksanaan kesehatan lingkungan adalah sebagai berikut :
1) Tempat umum : hotel,
terminal, pasar, pertokoan, dan usaha-usaha yang sejenis.
2) Lingkungan pemukiman
: rumah tinggal, asrama/yang sejenis.
3) Lingkungan kerja :
perkantoran, kawasan industri/yang sejenis.
4) Angkutan umum :
kendaraan darat, laut dan udara yang digunakan untuk umum.
5) Lingkungan lainnya :
misalnya yang bersifat khusus seperti lingkungan yang berada dlm keadaan
darurat, bencana perpindahan penduduk secara besar2an, reaktor/tempat yang
bersifat khusus.
4.
Masalah-Masalah Kesehtan Lingkungan Di
Indonesia
Masalah Kesehatan lingkungan
merupakan masalah kompleks yang untuk mengatasinya dibutuhkan integrasi dari
berbagai sector terkait. Di Indonesia permasalah dalam kesehatan lingkungan
antara lain :
1) Air
Bersih.
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang
kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak.
Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat
langsung diminum.
Syarat-syarat Kualitas Air Bersih diantaranya adalah sebagai berikut :
Syarat-syarat Kualitas Air Bersih diantaranya adalah sebagai berikut :
Ø Syarat Fisik : Tidak berbau, tidak
berasa, dan tidak berwarna.
Ø Syarat Kimia : Kadar Besi : maksimum
yang diperbolehkan 0,3 mg/l, Kesadahan (maks 500 mg/l).
Ø Syarat Mikrobiologis : Koliform
tinja/total koliform (maks 0 per 100 ml air).
2)
Pembuangan Kotoran/Tinja.
Metode pembuangan tinja yang baik yaitu dengan jamban
dengan syarat sebagai berikut :
Ø Tanah permukaan tidak boleh terjadi
kontaminasi.
Ø Tidak boleh terjadi kontaminasi pada
air tanah yang mungkin memasuki mata air atau sumur.
Ø Tidak boleh terkontaminasi air
permukaan.
Ø Tinja tidak boleh terjangkau oleh
lalat dan hewan lain.
Ø Tidak boleh terjadi penanganan tinja
segar ; atau, bila memang benar-benar diperlukan, harus dibatasi seminimal
mungkin.
Ø Jamban harus babas dari bau atau
kondisi yang tidak sedap dipandang.
Ø Metode pembuatan dan pengoperasian
harus sederhana dan tidak mahal.
3)
Kesehatan Pemukiman.
Secara umum rumah dapat dikatakan sehat apabila
memenuhi kriteria sebagai berikut :
Ø Memenuhi kebutuhan fisiologis, yaitu
: pencahayaan, penghawaan dan ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan
yang mengganggu.
Ø Memenuhi kebutuhan psikologis, yaitu
: privacy yang cukup, komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni
rumah.
Ø Memenuhi persyaratan pencegahan
penularan penyakit antarpenghuni rumah dengan penyediaan air bersih,
pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga, bebas vektor penyakit dan tikus,
kepadatan hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar matahari pagi,
terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan dan penghawaan
yang cukup.
Ø Memenuhi persyaratan pencegahan
terjadinya kecelakaan baik yang timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah
antara lain persyaratan garis sempadan jalan, konstruksi yang tidak mudah
roboh, tidak mudah terbakar, dan tidak cenderung membuat penghuninya jatuh
tergelincir.
4)
Pembuangan Sampah.
Teknik pengelolaan sampah yang baik
dan benar harus memperhatikan faktor-faktor /unsur, berikut:
Ø Penimbulan sampah. Faktor-faktor
yang mempengaruhi produksi sampah adalah jumlah penduduk dan kepadatanya,
tingkat aktivitas, pola kehidupan/tk sosial ekonomi, letak geografis, iklim,
musim, dan kemajuan teknologi.
Ø Penyimpanan sampah.
Ø Pengumpulan, pengolahan dan
pemanfaatan kembali.
Ø Pengangkutan.
Ø Pembuangan
Dengan mengetahui unsur-unsur pengelolaan sampah, kita
dapat mengetahui hubungan dan urgensinya masing-masing unsur tersebut agar kita
dapat memecahkan masalah-masalah ini secara efisien.
5)
Serangga dan Binatang Pengganggu.
Serangga sebagai reservoir (habitat
dan suvival) bibit penyakit yang kemudian disebut sebagai vektor
misalnya : pinjal tikus untuk penyakit pes/sampar, Nyamuk Anopheles sp untuk
penyakit Malaria, Nyamuk Aedes sp untuk Demam Berdarah Dengue (DBD), Nyamuk
Culex sp untuk Penyakit Kaki Gajah/Filariasis. Penanggulangan/pencegahan dari
penyakit tersebut diantaranya dengan merancang rumah/tempat pengelolaan makanan
dengan rat proff (rapat tikus), Kelambu yang dicelupkan dengan pestisida
untuk mencegah gigitan Nyamuk Anopheles sp, Gerakan 3 M (menguras mengubur dan
menutup) tempat penampungan air untuk mencegah penyakit DBD, Penggunaan kasa
pada lubang angin di rumah atau dengan pestisida untuk mencegah penyakit kaki
gajah dan usaha-usaha sanitasi.
Binatang pengganggu yang dapat
menularkan penyakit misalnya anjing dapat menularkan penyakit rabies/anjing
gila. Kecoa dan lalat dapat menjadi perantara perpindahan bibit penyakit ke
makanan sehingga menimbulakan diare. Tikus dapat menyebabkan Leptospirosis dari
kencing yang dikeluarkannya yang telah terinfeksi bakteri penyebab.
6) Makanan dan Minuman
Sasaran higene sanitasi makanan dan
minuman adalah restoran, rumah makan, jasa boga dan makanan jajanan (diolah
oleh pengrajin makanan di tempat penjualan dan atau disajikan sebagai makanan
siap santap untuk dijual bagi umum selain yang disajikan jasa boga, rumah
makan/restoran, dan hotel).
Persyaratan hygiene sanitasi makanan
dan minuman tempat pengelolaan makanan meliputi :
Ø Persyaratan lokasi dan bangunan.
Ø Persyaratan fasilitas sanitasi.
Ø Persyaratan dapur, ruang makan dan
gudang makanan.
Ø Persyaratan bahan makanan dan
makanan jadi.
Ø Persyaratan pengolahan makanan.
Ø Persyaratan penyimpanan bahan
makanan dan makanan jadi.
Ø Persyaratan peralatan yang
digunakan.
Ø Pencemaran
Lingkungan
Pencemaran lingkungan diantaranya pencemaran air,
pencemaran tanah, pencemaran udara. Pencemaran udara dapat dibagi lagi menjadi
indoor air pollution dan out door air pollution. Indoor air pollution merupakan
problem perumahan/pemukiman serta gedung umum, bis kereta api, dll. Masalah ini
lebih berpotensi menjadi masalah kesehatan yang sesungguhnya, mengingat manusia
cenderung berada di dalam ruangan ketimbang berada di jalanan. Diduga akibat
pembakaran kayu bakar, bahan bakar rumah tangga lainnya merupakan salah satu faktor
resiko timbulnya infeksi saluran pernafasan bagi anak balita. Mengenai masalah
out door pollution atau pencemaran udara di luar rumah, berbagai analisis data
menunjukkan bahwa ada kecenderungan peningkatan. Beberapa penelitian
menunjukkan adanya perbedaan resiko dampak pencemaran pada beberapa kelompok
resiko tinggi penduduk kota dibanding pedesaan. Besar resiko relatif tersebut
adalah 12,5 kali lebih besar. Keadaan ini, bagi jenis pencemar yang akumulatif,
tentu akan lebih buruk di masa mendatang. Pembakaran hutan untuk dibuat lahan
pertanian atau sekedar diambil kayunya ternyata membawa dampak serius, misalnya
infeksi saluran pernafasan akut, iritasi pada mata, terganggunya jadual
penerbangan, terganggunya ekologi hutan.
Lingkungan sangat luas cakupannya. Lingkungan hidup
adalah segala sesuatu yang ada di sekitar. Menurut kebutuhan, lingkungan dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
Ø Lingkungan hidup (biotis) dan
lingkungan tak hidup (abiotis).
Ø Lingkungan alamiah dan lingkungan
buatan.
Ø Lingkungan prenatal dan lingkungan
post natal.
Ø Lingkungan biosfir dan lingkungan
psikososial.
Ø Lingkungan air (hidrosfir),
lingkungan udara (atmosfir), lingkungan tanah (litosfir), lingkungan biologi
(biosfir), dan lingkungan sosial (sosiosfir).
Ø Kombinasi dari
klasifikasi-klasifikasi tersebut.
B.
EKOSISTEM
Keseimbangan suatu ekosistem akan terjadi, bila komponen-komponennya dalam
jumlah yang berimbang. Komponen-komponen ekosistem mencakup : Faktor
Abiotik, Produsen, Konsumen, Detritivora, dan Dekomposer (Pengurai).
Di antara komponen-komponen ekosistem terjadi terjadi interaksi, saling
membutuhkan dan saling memberikan apa yang menjadi sumber penghidupannya. Kita
tidak dapat menyangkalnya, bahwa penyokong kehidupan di dunia adalah
diciptakannya oleh Allah mula-mula faktor abiotik yang menyokong kehidupan
tumbuh-tumbuhan sebagai produsen; kemudian tumbuh-tumbuhan menjadi penyokong
kehidupan organisme lainnya (binatang dan manusia) sebagai konsumen maupun
detritivora, dan akhirnya decomposer (bakteri dan jamur) mengembalikan
unsur-unsur pembentuk makhluk hidup kembali ke alam lagi menjadi faktor-faktor
abiotik; demikian seterusnya terjadilah daur ulang materi dan aliran energi di
alam secara seimbang. Sumber energi untuk kehidupan di bumi adalah energi matahari,
kemudian diikat dan digunakan oleh tumbuhan untuk mensintesis zat-zat anorganik
sederhana menjadi zat-zat organic yang mengandung energi. Kandungan materi dan
energi dari tumbuhan tersebut dipindahkan ke hewan atau manusia melalui proses
rantai makanan dan jaring-jaring kehidupan, yang akhirnya materi dan energi
kembali beredar lagi ke alam melalui proses pembusukan/perombakan yang
dilakukan oleh dekomposer/pengurai.
Adanya saling ketergantungan antara faktor abiotik dengan faktor biotik,
dan hubungan antar komponen di dalam faktor biotik sendiri, menunjukkan bahwa
kehidupan manusia bergantung kepada kehidupan makhluk lainnya maupun kehidupan
antar manusia sendiri. Pelajaran ini memberikan petunjuk bahwa manusia tidak
bias menyombongkan diri atau tidak merasa butuh terhadap lainnya, apalagi
manusia sebagai insane sosial sehingga tidak sepantasnya manusia yang satu
membunuh manusia lainnya. Sebagai manusia adalah tidak berhak mencabut hak
orang lain, kecuali kehendak dari Allah.
Faktor abiotik sangat menentukan dalam sebaran dan kepadatan organisme
dalam suatu daerah. Hal ini berkaitan erat dengan masalah adaptasi dan suksesi
organism terhadap faktor-faktor lingkungannya. Adaptasi adalah suatu
kemampuan makhluk hidup menyesuaikan diri terhadap kondisi lingkungannya; bisa
melalui adaptasi morfologi, fisiologi dan adaptasi perilaku dari organisme yang
berada dalam lingkungan yang ditempatinya. Adaptasi : (L. adaptare =
menyesuaikan kepada, mencocokkan diri) Suatu proses menyesuaikan diri organisme
terhadap lingkungannya, mencakup tiga jenis, yaitu:
1.
Adaptasi Morfologis.
Suatu jenis adaptasi menyangkut
perubahan bentuk struktur tubuhnya disesuaikan dengan lingkungan hidupnya.
Misalnya: Ikan bergerak dengan sirip, karena alat gerak yang cocok untuk hidup
perairan adalah sirip, sedangkan hewan yang hidupnya di darat bergerak dengan
kaki-kakinya. Pada golongan tumbuhan yang hidupnya di rawa pantai, ia memiliki
buah/biji yang sudah berakar sebelum jatuh ke lumpur pantai agar dapat terus
tumbuh di lingkungan tersebut, seperti golongan Rhizophora (tumbuhan bakau).
2.
Adaptasi Fisiologis.
Suatu jenis adaptasi menyangkut perubahan kerja faal organ tubuh
disesuaikan dengan lingkungan hidupnya. Misalnya, golongan Amphibia semasa
larva yang hidup di air bernapas dengan insang, sedangkan setelah dewasa hidup
di darat bernapas dengan paru-paru. Pada tumbuhan adaptasi fisiologi
ditunjukkan oleh luas permukaan daun-daunnya sehubungan dengan lingkungan
hidupnya, seperti: tumbuhan serofit (hidup di gurun/ daerah kering,
seperti kaktus) memiliki daun-daunnya serupa duri atau sempit saja, sedangkan
tumbuhan hidrofit (hidup di air, seperti eceng gondok) memiliki
daun-daunnya berukuran lebar-lebar dan batangnya berongga untuk mengimbangi
kadar air tubuhnya dengan masalah penguapan yang terjadi.
3.
Adaptasi Perilaku.
Suatu jenis penyesuaian diri pada makhluk hidup yang ditunjukkan oleh
perilakunya disebabkan oleh factor lingkungan. Contohnya, perubahan warna tubuh
bunglon terhadap warna lingkungan di mana ia berada; bunglon berwarna hijau,
jika berada di daun-daunan, dan ia berwarna hitam keabu-abuan jika berada di
tanah. Contoh lainnya, lumba-lumba memiliki kebiasaan meloncat-loncat di atas
permukaan air untuk menghirup udara, karena bernapas menggunakan paru-paru.
I.
Hubungan Faktor Abiotik dengan Abiotik.
Dalam Al-Quran Surat As-Sajadah ayat
27 tersebut di sebutkan bahwa air mempengamhi keadaan tanah menjadi subur atau
tandus. Tanah menjadi subur apabila terdapat cukup air yang berguna untuk
menumbuhkan berbagai tumbuh-tumbuhan, yang mendukung kehidupan suatu organisme
lainnya (hewan dan manusia). Keadaan curah hujan adalah menentukan kesuburan
suatu lahan pertanahan di dunia, air sebagai sumber kehidupan dapat kita kenali
diberbagai daerah di dunia, seperti:
Ø Gurun : daerah
yang sangat sedikit curah hujannya, sangat sedikit bentuk-bentuk kehidupan
organismenya. Tumbuhan yang bisa tumbuh di daerah ini secara alami adalah jenis
kaktus dengan bentuk daunnya yang rudimenter dan batangnya berklorofil.
Ø Hutan Tropis: daerah
yang sangat tinggi curah hujannya; di sini sangat banyak ditemukan
keanekaragaman tumbuhan yang berdaun lebar guna mengimbangi kadar air tubuhnya.
Air sebagai sumber kehidupan di planet bumi atau planet lain disebutkan
dalam berbagai surat Al-Quran lainnya, seperti: Ar- Rum (30): 24, Lukman (31):
10, Faathir (35): 27, dan lain-lain. Tubuh makhluk hidup sebagian besar
komposisinya adalah air. Peranan air bagi kehidupan sangat banyak dari mulai
sebagai sumber kehidupan sampai kepada keperluan kegiatan sehari-hari seperti
untuk minum, mandi, mencuci, dan sebagainya. Bagi tumbuhan air diperlukan untuk
kegiatan fotosintesis, alat pengangkutan zat, dan kegiatan metabolisme
tubuhnya.
II.
Hubungan Faktor Biotik dengan Biotik.
Kehidupan suatu organisme tidak bisa
sendiri-sendiri, tetapi bergantung kepada organisme lainnya, baik untuk
kepentingan sumber-sumber penghidupannya atau makanan, perkembangbiakan, maupun
sebagai habitat (tempat tinggal). Untuk mendapatkan sumber-sumber penghidupan
tersebut, terjadilah interaksi antara organism yang satu dengan organisme
lainnya melalui apa yang disebut "Rantai Makanan" dan "Jaring-Jaring
Makanan" di alam, sehingga makhluk hidup bisa mempertahankan kehidupan
dan penghidupannya di bumi. Al-Quran Surat As-Sajadah ayat 27 itupun
menggambarkan adanya Rantai Makanan. Adapun Jaring-Jaring Makanan, yaitu
perluasan dari Rantai Makanan, yang setiap mata rantainya bisa bercabang-cabang
dan berhubungan satu sama lain hingga membentuk seperti bangun jaring yang
memperlihatkan proses makan di antara organisme di alam.
Kehidupan lebah merupakan contoh
kehidupan organisme yang tidak merusak lingkungan dan bersifat menguntungkan
kepada lainnya. Dalam mencari makan ia tidak memakan makanan yang kotor, tetapi
makanan yang bersih (halal). Demikian pula ia mendatangi bunga yang satu ke
bunga lainnya adalah tidak merusakkan ranting-ranting tumbuhan yang
dihinggapinya. Selanjutnya kehidupan lebah bersifat menguntungkan atau berguna
bagi lainnya, karena ia dapat membantu penyerbukan bunga-bunga tumbuhan dan
menghasilkan madu yang sangat penting bagi dunia kesehatan atau pengobatan
suatu penyakit, dan dikenal sebagai penghasil royal jelly. Tetapi bila lebah
ini diganggunya, maka ia tidak segan-segan akan mengejarnya dan membalasnya
dengan sengatan yang pedih.
III.
Hubungan Faktor Abiotik dengan Biotik.
Dalam uraian di atas sudah
dikemukakan bahwa air sebagai sumber kehidupan, karena adanya air dapat
menyuburkan suatu lahan pertanahan untuk menumbuhkan berbagai jenis
tumbuh-tumbuhan yang berguna bagi bahan makanan hewan maupun manusia. Bagian di
permukaan bumi yang bisa didiami oleh makhluk hidup atau adanya kehidupan suatu
organisme disebut Biosfer. Daerah-daerah tertentu yang memperlihatkan dominasi
populasi atau komunitas tertentu disebut Bioma, seperti daerah tundra, stepa,
savana, taiga, gurun, hutan tropis, dan sebagainya. Adapun lingkungan abiotik
yang cocok bagi adaptasi dan suksesi suatu organism disebut Habitat, dan
habitat khusus bagi suatu populasi disebut Niche atau Nicchia. Populasi
yang sama dapat menempati satu Niche, tetapi populasi yang berbeda tidak bisa
menempati satu Niche, karena akan menimbulkan persaingan hidup. Pada uraian di
atas ditunjukkan bahwa faktor abiotik merupakan penyokong kehidupan makhluk
hidup, dimulai dari tumbuhan sebagai Produsen, kemudian hewan manusia sebagai
Konsumen, maupun organisme lainnya yang berfungsi sebagai Detritivora dan
Dekomposer/Pengurai. Tumbuh-tumbuhan sebagai Produsen tampaknya merupakan jenis
makanan yang pertama ada untuk jenis organisme lainnya, termasuk oleh manusia.
Hubungan faktor Biotik dengan Biotik terjadi, karena pada dasarnya setiap
organism tidak bisa hidup sendiri, tetapi bergantung kepada lainnya. Adanya
ketergantungan antar organisme ini disebabkan oleh kebutuhan hidup, seperti
mendapatkan makanan, perkembang biakannya, tempat tinggal (habitat), dsb.
C. Kesehatan
Lingkungan dengan Pendekatan Ekosistem
Sesuai dengan definisi kesehatan lingkungan menurut
WHO (World Health Organization), kesehatan lingkungan adalah suatu keseimbangan
ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin
keadaan sehat dari manusia dan menurut
HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia) kesehatan lingkungan
adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi yang
dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas
hidup manusia yang sehat dan bahagia maka jelas sekali telihat bahwa kita tidak
akan dapat mewujudkan lingkungan yang sehat jika kita tidak mampu mengenali
ekosistem disekitar kita dengan baik. Hal tersebut dikarenakan ekosistem adalah
suatu tatanan dan kesatuan yang secara utuh dan menyeluruh di antara segenap
komponen lingkungan hidup. Komponen ini saling berinteraksi dan pada akhirnya
membentuk kesatuan yang teratur dan dinamis. Selain itu di dalam ekosistem juga
terdapat aliran materi (semua hal yang memiliki massa dan juga mampu menempati
ruang) juga energi. Kedua komponen yakni produsen dan juga konsumen pada
akhirnya membentuk aliran energi atau yang biasa disebut rantai makanan. Kemudian, komponen ketiga dalam ekosistem
yakni pengurai akan mendaur materi tersebut. Dalam sebuah ekosistem,
keberadaannya ditopang oleh aliran energi atau rantai makanan ini. Aliran
tersebut mengalir ke rantai yang satu dan lainnya secara runut.
D.
DAFTAR PUSTAKA
Soemirat, Juli, 2000, Kesehatan Lingkungan,
Jogjakarta : Gadjah Mada University\Press
Nursyid Sumaatmadja, 2002, Pendidikan Pemanusiaan
Manusia Manusiawi, Bandung : Alfabeta
Tim MKDU UPI, 2005 Pendidikan Lingkungan Sosial
Budaya dan Teknologi, Bandung : Value Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar